Al-Qur’an Ibarat Cermin Hati.

Al-Qur’an itu ajaib. Dia bisa berfungsi sebagai cermin, untuk memberi tahu kita bahwa hati kita saat ini punya kecenderungan ke mana.

Kalau hati yang cederung suka harta, dia akan senang dengan ayat-ayat semacam kekayaan akan berlipat karena memberi, mencari ayat (zikir maupun dalil) untuk menambah kaya, dan semacamnya.

Kalau ada amarah dalam hati, hati akan suka dengan ayat semacam ‘bunuhlah orang kafir di mana saja kamu berada’–cenderung tanpa memperhatikan konteksnya.

Kalau ada kecenderungan syahwati, hati akan membayangkan bidadari-bidadari surga ketika membaca ayat tentang itu.

Kalau ada kecenderungan merasa diri lebih suci dan lebih baik dari orang lain, biasanya memikirkan orang lain, bukan diri sendiri, ketika Qur’an bicara tentang kekafiran atau hati yang tertutup.

Kalau ada kecenderungan merasa diri ‘pasti masuk surga’, ketika Qur’an bilang tentang manusia-manusia yang diseret ke neraka, pikirannya akan bilang bahwa ‘itu bukan saya’.

Kalau merasa alim, dia merasa bahwa ia sudah mengerti Qur’an ketika membaca ayat-ayatnya. Padahal, jangkauan makna Qur’an tak terhingga.

Kalau ingin paham agama, hati nurani akan bertanya, ‘kok ayatnya melompat-lompat, nggak jelas’?

Kalau ingin tahu tentang Allah, hatinya akan senang dengan apapun yang bisa menambah pemahamannya tentang Dia, walaupun cuma sejengkal.

Jalaluddin Rumi Tentang Taubat

Jika engkau belum mempunyai ilmu dan hanya persangkaan,
maka milikilah persangkaan yang baik tentang Tuhan.
Begitulah caranya!                                                                                      

Jika engkau baru mampu merangkak,
maka merangkaklah kepadaNya!!

Jika engkau belum mampu berdoa dengan khusyuk,
maka tetaplah persembahkan doamu yang kering, munafik dan tanpa keyakinan;
karena Tuhan dalam rahmatNya tetap menerima mata uang palsumu.                                          

Jika engkau masih mempunyai seratus keraguan mengenai Tuhan,
 maka kurangilah menjadi sembilan puluh sembilan saja. Begitulah caranya!

Wahai pejalan!
Biarpun telah seratus kali engkau ingkar janji, ayolah datang, dan datanglah lagi!
Image

Pengharapan di Muharram

Muharram adalah salah satu bulan suci, dan malam ini–10 Muharram–merupakan salah satu malam paling suci dalam Islam. Besok, tanggal 10 Muharram adalah Hari ‘Asyura. Dia memiliki kedudukan yang istimewa dalam kalender Islam, begitu pula dalam lintasan sejarah dunia, karena pada hari ini Allah swt mengaruniakan hamba-hamba- Nya yang tercinta dengan karunia dari Samudra Rahmat-Nya yang tak bertepi dan Samudra Kekuatan-Nya yang tak terhingga, untuk menjadikan mereka sebagai orang-orang yang memperoleh kemenangan…

Pada hari ini, Perahu Nabi Nuh as mendarat di puncak gunung dan banjir yang melanda telah berakhir. Nabi Ibrahim as diselamatkan dari api Namrud, Nabi Musa as melewati Laut Merah dan diselamatkan dari Fir’aun. Nabi Yunus bin Ilyasa’ as diselamatkan dari perut ikan. Nabi Sulaiman as, Raja Sulaiman as dianugerahi kerajaan jinn dan manusia. Nabi Ayyub as disembuhkan dari penyakitnya dan diberikan kesejahteraan lebih dari sebelumnya. Nabi ‘Isa as diangkat ke Surga.

Dan Sayyidina Muhammad saw dianugerahi lebih banyak kemuliaan, tujuh Pintu Surga dibukakan baginya dan bagi seluruh umatnya, dan beliau diselamatkan dari sukunya, suku Quraisy.

Dan setiap kali Muslim jatuh dalam kesulitan, Pertolongan dan Dukungan Ilahi langsung menyertai mereka di bulan ini, dan khususnya pada hari seperti besok–10 Muharram–… sangat penting.

Sebagaimana yang telah kami katakan sebelumnya, sebulan yang lalu, di bulan Dzul Hijjah, di malam Arafat, bahwa suatu perubahan mulai terjadi. Ada suatu Tajjali (Manifestasi Ilahi) yang baru, kekuatan baru yang akan terus berlanjut tanpa henti.

Berusahalah untuk bersama dengan Allah swt sehingga kita akan menjadi orang-orang yang menang. Berusahalah setahap demi setahap untuk menarik dirimu dari tangan Setan dan sifat-sifat buruknya.

Kita bergembira dan cukup bangga bahwa Allah swt membuat kita senang bersama-Nya, bersama para Awliya-Nya, , dan tidak mengejar kehidupan setani yang kotor… Kehidupan setani adalah yang paling kotor. Menyingkirlah dari situ. Jika tidak, kita akan tenggelam dalam air yang kotor, kita akan tenggelam dalam situasi yang buruk, dan kalian tidak dapat menyelamatkan diri. Mintalah kepada-Nya agar dibersihkan dan berusahalah untuk tampil bersih, sehingga kita akan menjadi bersih.

Berkorban Itu Nikmat, Saudaraku

Berkorban artinya memberikan sesuatu untuk orang lain, mengeluarkan sesuatu bukan untuk kepentingan sendiri, atau, melakukan sesuatu yang hasilnya bukan untuk diri sendiri. Tapi kenapa pengorbanan itu selalu memberi rasa nikmat? Kenapa memeras tenaga, berpikir, mengucurkan keringat, mengeluarkan harta, hingga menyumbangkan darah dan nyawa untuk kepentingan orang banyak, selalu memunculkan keteduhan yang luar biasa di dalam hati?

Kenapa, tetap memberi meski dalam kondisi sempit, berusaha menanamkan kebahagiaan untuk orang lain meski dalam kondisi sulit, memberi manfaat pada orang lain meski dalam keadaan memerlukan, selalu melahirkan kenikmatan dalam diri orang yang melakukannya?

Saudaraku,
Pernahkah kita merasakan bagaimana nikmatnya menyisihkan uang untuk berinfaq dan membahagiakan orang lain, dalam kondisi kita juga memerlukannya? Bagaimana indah dan damainya hati saat kita memeras tenaga, menguras pikiran, mengeluarkan apa yang kita punya, untuk kegiatan dakwah ilallah? Bagaimana sejuknya hati, dikala kita bisa memberi sesuatu yang berharga, yang kita miliki, untuk membahagiakan orang lain?

Memberi, secara lahir adalah mengeluarkan sesuatu untuk orang lain yang berarti juga mengurangi sesuatu yang kita miliki. Tapi secara maknawi, memberi sesuatu kepada orang lain itu sama dengan memunculkan ketenangan batin, kenikmatan dan kecerahan tersendiri bagi yang melakukannya. Kandungan makna inilah yang banyak dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para salafushalih. Anas ra pernah mengatakan bahwa Rasulullah adalah orang yang tidak pernah diminta sesuatu, kecuali ia pasti memberi.

Saudaraku,
Para salafushalih bahkan lebih menginginkan kesulitan dalam berkorban dan memberi untuk orang lain tidak terganggu dengan pemberian dan imbalan.

Imam Al Auzai menolak pemberian murid-muridnya yang ingin belajar hadits darinya. “Kalian boleh memilih. Jika kalian ingin hadiah ini aku terima, aku tidak akan mengajarkan hadits pada kalian. Jika kalian ingin belajar hadits dariku, maka hadiah ini tidak aku terima,” katanya.

Ulama lainnya, Isa bin Yunis, mengeluarkan kata-kata yang lebih tegas lagi dalam hal yang sama. Ia mengatakan, “Tidak ada makanan dan minuman yang aku terima untuk menyampaikan hadits Rasulullah SAW. Meskipun kalian memenuhi masjid ini dengan emas seluruhnya.” Itu dikatakan Isa bin Yunis kepada penguasa yang ingin memberinya hadiah.

Apa rahasia di balik penolakan itu? Mereka, pasti lebih ingin merasakan nikmatnya berkorban, indahnya memberi, kelezatan lelah dan sejuknya hati saat bersusah payah, dalam memberi manfaat banyak orang demi meraih keridhaan Allah SWT.

Berkorban itu nikmat saudaraku,
Seperti pengorbanan total yang telah ditunjukkan oleh Syaikhul Intifadhah, Syaikh Ahmad Yasin – semoga Allah SWT menempatkannya dalam jannah-Nya. Bagaimana dengan tubuhnya yang lumpuh, ia tetap memimpin pergerakan dakwah dan perlawanan untuk membebaskan Palestina dan melindungi kiblat pertama Masjidil Aqsha yang dirampas oleh Israel. Bagaimana dalam kondisi mata yang sulit melihat, tapi mata hati dan pikirannya tidak pernah terlepas dari memperhatikan langkah perjuangan umat Islam melawan penjajah Zionis Israel.

Bagaimana dalam kondisi yang renta, keluar masuk penjara, tapi semangatnya terus berkobar dengan keberanian yang sulit ditandingi. Ia terus menerus menyongsong bahaya kematian yang mengancamnya setiap detik. Bagaimana ia yang selalu berada di atas kursi roda, tapi tetap berangkat ke masjid di waktu fajar untuk menunaikan sholat subuh berjamaah. Dan beliau mendapatkan syahidnya dirudal oleh Israel sepulangnya dari sholat shubuh. Tidak semua orang bisa bangun sebelum fajar, dan tidak semua orang yang bangun sebelum fajar punya keinginan untuk sholat di masjid walaupun tubuhnya sehat dan kuat.

Saudaraku, berkorban itu nikmat.
Ia telah melewati usia hidupnya dengan tekad jihad yang membaja, keberanian yang tinggi, dan kepasrahan total kepada Allah SWT. Hingga akhirnya ia berhasil mencapai prestasi hidup yang diidamkannya, mati syahid di jalan jihad. Gugur setelah mengisi relung-relung usianya, dengan pengorbanan yang tak pernah berhenti. Betapa indahnya akhir hidup seperti itu.

Saudaraku,
Dr. Yusuf Qaradhawi, dalam memorandumnya pernah menceritakan sebuah kisah yang sangat menyentuh saat ia ditahan di penjara perang Mesir. Seorang aktivis muslim bernama Hilmi Mukmin dipukuli secara membabi buta oleh cambuk dan tongkat. Ia dihukum keras karena menolak diperintahkan untuk memukul muka saudaranya, sesama aktivis. Ia lebih memilih disiksa oleh algojo penjara dan memelihara kehormatan saudaranya.

Ternyata, meski dihujani pukulan bertubi-tubi, Hilmi Mukmin tak mengeluarkan kata-kata apapun yang menunjukkan bahwa ia merasakan sakit. Sikap Hilmi Mukmin, benar-benar membuat algojo penjara putus asa hingga ia berhenti kelelahan memukulinya. Para algojo itu lalu memeluk Hilmi Mukmin untuk meminta maaf dan mengobati tubuhnya yang berlumuran darah dan penuh luka. Mereka mengira Hilmi Mukmin adalah seorang wali Allah dan mereka takut menerima pembalasan dari seorang wali Allah. “Semua mukmin yang bertakwa adalah wali di antara wali-wali Allah.”

Bagaimana Saudara Hilmi Mukmin bukan seorang wali Allah? Bukankah dia telah merelakan balasan Allah dari apa yang ia lakukan untuk membela Saudara-saudaranya? “Ia telah ridha dengan All Quran sebagai prinsip dan manhaj hidupnya. Ia juga telah menjadikan Rasul sebagai pimpinannya, dan jihad sebagai jalannya. Dia telah teguh di atas prinsip itu dan bersabar atas apa yang ia terima di jalan Allah,” begitu tulis Qaradhawi. “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” (QS Yunus : 62)

Berkorban itu nikmat Saudaraku,
Namun tetaplah perhatikan kondisi dan suasana saat kita melakukan pengorbanan. Karena, “Bila di hatimu tak ada kelezatan yang bisa kamu dapatkan dari amal yang kamu lakukan, maka curigailah hatimu,” ujar Ibnu Taimiyah (Madarijus Salikin, 2/68). Maksudnya, Allah pasti membalas amal seseorang di dunia dengan rasa nikmat, kecerahan dan ketenangan dalam hati. Tapi bila ada orang yang belum merasakan hal itu, berarti amalnya terkontaminasi.

Saudaraku,
Berkorbanlah di jalan ini. Berkorbanlah dengan mengabaikan keinginan syahwat dan mengutamakan keridhaan Allah. Bersabarlah dalam berkorban. Karena menurut para salafushalih, sesungguhnya kenikmatan pengorbanan itu ada pada seberapa besar kita bisa bertahan dan bersabar dalam melakukan pengorbanan dalam beramal shalih. Sedangkan pengorbanan tidak mungkin dilakukan tanpa kesabaran. Umar bin Khattab lah yang menyebutkan bahwa lezatnya kehidupan itu ada pada kesabaran. Dalam perkataannya, “Aku telah membuktikan bahwa kenikmatan hidup itu ternyata ada pada kesabaran kita dalam berkorban.” .Wallahu’alam

NB. Semoga kita termasuk dlm golongan orang2 yg dapat merasakan nikmatnya berkorban… ..Amin.

Wahai Para Istri…!!!

Wahai, para istri …,
hal apa dari suamimu yang pernah kamu merasa tidak puas darinya? Lalu
kamu menuntutnya terus-menerus sehingga detik demi detik yang
terdengar hanya lolongan serigalamu? Tapi kamu lihatlah … suamimu
tetap TEGAR. Tetap SABAR. Tetap TERSENYUM. KOKOH. Dan satu yang pasti,
ia tetap MENCINTAImu. Jika ia adalah jiwa, maka benar kamu adalah
raga. Jika ia adalah ´aql, maka benar kamu adalah jiwa. Jadi, tunduk
dan taat serta patuhlah kepada yang lebih ´atas´ daripadamu. Ia adalah
pemimpinmu.

Wahai, para istri, Sahabat Seperjalananku,
jika engkau selama ini sering mempertanyakan kemapanan kepada suamimu,
sungguh! Selama ini ia senantiasa memikirkanmu, „makanan apa yang bisa
kupersembahkan untuk keluargaku, pakaian apa yang bisa kupakaikan
untuk keluarga, barang-barang apa yang bisa membuat keluargaku
bahagia,” dll. Tapi sungguh, hal itu merupakan hal remeh temeh. Jangan
tanyakan tentang kemapanan kepadanya. Sekali lagi jangan. Hidup ini
sungguh penuh dengan warna-warna (semuanya indah), sungguh penuh
dengan khazanah Tuhan; karena itu, malu apabila menanyakan masalah
kemapanan kepadanya. Tanyalah hal-hal lain yang lebih berbobot, yang
bisa mengangkat kalian untuk ´menikah´ benar-benar secara jiwa, yang
nanti dengannya kalian berdua dapat membuka khazanah Ilahiyyah.

Wahai, para istri, Sahabatku Tercinta,
apapun yang diinginkan oleh suamimu, penuhilah. Yakinlah, sungguh, tak
pernah yang diinginkannya itu adalah suatu keburukan bagi dirimu. Ia
selalu menginginkan kebaikan bagi dirimu. Karena itu, apabila engkau
mau selalu memenuhi keinginannya, maka kebaikan bagimu akan datang.
Secara berlimpah. Jangan kamu tak pernah merasa menerima kebaikan
apapun. Baca dirimu, lihat dirimu, dengar dirimu. Selama ini, kebaikan
itu kamu pandang seperti apa? Kalau kebaikan itu kamu pandang sebagai
kesenangan hidup (syahwatiyyah) di dunia, maka kamu akan selalu
terjungkal. Yakinlah.

QS. 3 : 14 :
„Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa
yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari
jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik.”

Kebaikan, adalah sesuatu yang dapat menumbuhkan kesabaran,
ketawakalan, kesyukuran, dan keikhlasanmu, yang nantinya berujung
kepada KEBERSERAHAN diri kepada ALLAH. Tiada di dunia akhirat,
dimanapun juga, selain Allah.

Wahai, para istri Tercinta, Sahabat seperjalananku,
hapuskanlah peluhnya : peluh yang senantiasa terkucur karena selalu
memikirkan segala sesuatu yang berhubungan dengan kita. Segala sesuatu
yang berhubungan dengan kita, para istri, banyak sekali. Jika kita mau
Mencari Allah, maka Allah termasuk Yang berhubungan dengan kita. Jika
kita memperhatikan Allah, maka Allah juga akan Memperhatikan kita. Ia,
suami kita, bekerja (pekerjaan apapun itu), menghasilkan uang atau
tidak, jangan pusingkan. Kalau ia bekerja untuk Allah, maka itu adalah
kebaikan untuk kalian berdua. Jangan pusingkan apakah pekerjaannya itu
dapat menghasilkan uang atau tidak. Pusingkanlah dirimu sendiri yang
terkadang masih berkeluh kesah dengan semua itu. Hapuskanlah peluhnya,
jadilah sapu tangan putih yang mewangi dengan kelembutan hatimu
kepadanya. Ia membutuhkannya. Percayalah. Karena baginya, engkau
adalah Sahabat Sejati-Nya. Di dalam dirimu, wahai para istri, ia
mensyahadahkan Tuhan. Jika engkau tidak putih mewangi, bagaimana Tuhan
akan terlihat olehnya? Lalu, bagaimana dengan ´nasib´mu sendiri,
apakah kamu dapat melihat Tuhan jika kamu tidak putih mewangi?

Bukankah kalian berdua Mencari Tuhan? ….. katanya …..

Berapa lama Kita dikubur?

Awan sedikit mendung, ketika kaki kaki kecil Yani berlari-lari gembira di atas jalanan menyeberangi kawasan lampu merah Karet.

Baju merahnya yg Kebesaran melambai Lambai di tiup angin. Tangan kanannya memegang Es krim sambil sesekali mengangkatnya ke mulutnya untuk dicicipi, sementara tangan kirinya mencengkram Ikatan sabuk celana ayahnya.

Yani dan Ayahnya memasuki wilayah pemakaman umum Karet, berputar sejenak ke kanan & kemudian duduk Di atas seonggok nisan “Hj Rajawali binti Muhammad 19-10-1915: 20- 01-1965”

“Nak, ini kubur nenekmu mari Kita berdo’a untuk nenekmu” Yani melihat wajah ayahnya, lalu menirukan tangan ayahnya yg mengangkat ke atas dan ikut memejamkan mata seperti ayahnya. Ia mendengarkan ayahnya berdo’a untuk Neneknya…

“Ayah, nenek waktu meninggal umur 50 tahun ya Yah.” Ayahnya mengangguk sembari tersenyum, sembari memandang pusara Ibu-nya.

“Hmm, berarti nenek sudah meninggal 42 tahun ya Yah…” Kata Yani berlagak sambil matanya menerawang dan jarinya berhitung. “Ya, nenekmu sudah di dalam kubur 42 tahun … ”

Yani memutar kepalanya, memandang sekeliling, banyak kuburan di sana . Di samping kuburan neneknya ada kuburan tua berlumut “Muhammad Zaini: 19-02-1882 : 30-01-1910”

“Hmm.. Kalau yang itu sudah meninggal 106 tahun yang lalu ya Yah”, jarinya menunjuk nisan disamping kubur neneknya. Sekali lagi ayahnya mengangguk. Tangannya terangkat mengelus kepala anak satu-satunya. “Memangnya kenapa ndhuk ?” kata sang ayah menatap teduh mata anaknya. “Hmmm, ayah khan semalam bilang, bahwa kalau kita mati, lalu di kubur dan kita banyak dosanya, kita akan disiksa dineraka” kata Yani sambil meminta persetujuan ayahnya. “Iya kan yah?”

Ayahnya tersenyum, “Lalu?”
“Iya .. Kalau nenek banyak dosanya, berarti nenek sudah disiksa 42 tahun dong yah di kubur? Kalau nenek banyak pahalanya, berarti sudah 42 tahun nenek senang dikubur …. Ya nggak yah?” mata Yani berbinar karena bisa menjelaskan kepada Ayahnya pendapatnya.

Ayahnya tersenyum, namun sekilas tampak keningnya berkerut, tampaknya cemas ….. “Iya nak, kamu pintar,” kata ayahnya pendek.

Pulang dari pemakaman, ayah Yani tampak gelisah Di atas sajadahnya, memikirkan apa yang dikatakan anaknya… 42 tahun hingga sekarang… kalau kiamat datang 100 tahun lagi…142 tahun disiksa .. atau bahagia dikubur …. Lalu Ia menunduk … Meneteskan air mata…

Kalau Ia meninggal .. Lalu banyak dosanya …lalu kiamat masih 1000 tahun lagi berarti Ia akan disiksa 1000 tahun?
Innalillaahi WA inna ilaihi rooji’un …. Air matanya semakin banyak menetes, sanggupkah ia selama itu disiksa? Iya kalau kiamat 1000 tahun ke depan, kalau 2000 tahun lagi? Kalau 3000 tahun lagi? Selama itu ia akan disiksa di kubur. Lalu setelah dikubur? Bukankah Akan lebih parah lagi?
Tahankah? padahal melihat adegan preman dipukuli massa ditelevisi kemarin ia sudah tak tahan?

Ya Allah… Ia semakin menunduk, tangannya terangkat, keatas bahunya naik turun tak teratur…. air matanya semakin membanjiri jenggotnya

Allahumma as aluka khusnul khootimah.. berulang Kali di bacanya DOA itu hingga suaranya serak … Dan ia berhenti sejenak ketika terdengar batuk Yani.

Dihampirinya Yani yang tertidur di atas dipan Bambu. Di betulkannya selimutnya. Yani terus tertidur…. tanpa tahu, betapa sang bapak sangat berterima kasih padanya karena telah menyadarkannya arti sebuah kehidupan… Dan apa yang akan datang di depannya…

“Yaa Allah, letakkanlah dunia ditanganku, jangan Kau letakkan dihatiku…”

Kebaikan adalah Sedekah !

Setiap kebaikan adalah sedekah (HR: Imam Muslim)

عَنْ أَبِيْ مَالِكْ الْحَارِثِي ابْنِ عَاصِمْ اْلأَشْعَرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الطُّهُوْرُ شَطْرُ اْلإِيْمَانِ، وَالْحَمْدُ
للهِ تَمْلأُ الْمِيْزَانِ، وَسُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ تَمْلأُ – أَوْ تَمْلآنِ – مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ، وَالصَّلاَةُ نُوْرٌ، وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ، وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ . كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَباَئِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوْبِقُهَا
[رواه مسلم]

Dari Abu Malik al–Harits bin ‘Ashim al-Asy’ari ra. : ia betutur bahwa Rasullulah saw. bersabda : “
• Bersuci adalah sebagian dari Imam
• Alhamdulillah memenuhi timbangan
• Subhanallah walhamdulillah memenuhi ruangan antara langit dan bumi
• Shalat adalah nur
• Sedekah adalah burhan (dalil/bukti)
• Sabar adalah dhiya (Sinar/cahaya yang sangat terang benderang)
• Dan Al-Qur’an adalah hujjah untuk mu dan terhadap dirimu.
Semua orang pergi dan menjual dirinya. Maka ia akan membebaskan dirinya atau menghancurkannya?”
(HR : Imam Muslim _Kitab ath-Thahaarah, bab Fadhlul Wudhu, nomor 223)

Dari Ustman ra., dari Nabi saw.; ‘beliau bersabda: “Barangsiapa yang berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, maka dosa-dosanya akan keluar dari badannya, sampai-sampai keluar dari bawah kuku-kukunya.” (HR : Imam Muslim)

“Sesungguhnya umatku akan dipanggil pada hari kiamat dengan penuh cahaya karena bekas wudhu. Barang siapa yang bisa melebihkan cahayanya maka lakukanlah (Muttafaqun ‘alaih).

“Tidaklah seseorang berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, kemudian mengucapkan” Ashadu alla ilaaha illallaah wa asyhadu anna Muhammadar-Rasuulullaah” (saya bersaksi bahwa tidak ada illah selain Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah), melainkan akan dibukakan baginya delapan pintu surga, dan ia masuk dari pintu mana saja yang ia suka” (HR: Muslim).

Suatu saat Rasulullah memanggil Bilal seraya bertanya : “ Wahai Bilal, dengan amalan apa kamu mendahuluiku masuk sorga? Kemarin saya masuk sorga, tapi saya mendengar bunyi alas kakimu di depan ku.” Bilal lalu menjawab: ‘Ya Rasulullah, tidaklah saya adzan melainkan saya shalat dua rakaat, dan tidaklah saya batal (keluar Hadast) melainkan saya berwudhu.” Rasulullah lalu berkata : “Berarti karena itu” (HR: Ibnu Khuzaimah).

“ Tidak ada yang bisa menjaga wudhu selain orang yang beriman” (HR: Abu Daud, Hakim dan Ibnu Majah).

“Barangsiapa yang shalat lima waktu dengan berjama’ah, maka akan berjalan diatas titian shirath laksana kilatan cahaya dalam rombongan pertama yang lebih dulu masuk (sorga), dan pada hari kiamat ia datang dengan muka bagaikan bulan purnama” (HR: Imam Thabrani)

Berilah kabar gembira untuk orang-orang yang berjalan menuju masjid dalam kegelapan dengan cahaya paripurna pada hari kiamat” (HR: Abu Daud & Tirmidzi)

عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : أَنَّ نَاساً مِنْ أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم قَالُوا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا رَسُوْلَ اللهِ، ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُوْرِ بِاْلأُجُوْرِ يُصَلُّوْنَ كَمَا نُصَلِّي، وَيَصُوْمُوْنَ كَمَا نَصُوْمُ، وَتَصَدَّقُوْنَ بِفُضُوْلِ أَمْوَالِهِمْ قَالَ : أَوَ لَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللهُ لَكُمْ مَا يَتَصَدَّقُوْنَ : إِنَّ لَكُمْ بِكُلِّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَحْمِيْدَةٍ صَدَقَةً، وَكُلِّ تَهْلِيْلَةٍ صَدَقَةً وَأَمْرٍ بِالْمَعْرُوْفِ صَدَقَةً وَنَهْيٍ عَن مُنْكَرٍ صَدَقَةً وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةً قَالُوا : يَا رَسُوْلَ اللهِ أَيَأْتِي أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُوْنُ لَهُ فِيْهَا أَجْرٌ ؟ قَالَ : أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِي حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ وِزْرٌ ؟ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِي الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ .
[رواه مسلم]

Dari Abu Dzar ra.: Sejumlah orang sahabat Rasulullah saw. berkata kepada beliau : ‘Wahai Rasulullah, para hartawan itu pergi dengan banyak pahala. Mereka mengerjakan shalat sebagai mana kami Shalat, mereka mengerjakan puasa sebagaimana kami puasa dan mereka bersedekah dengan kelebihan harta yang mereka miliki (sementara kami tidak bisa melakukannya). Beliau bersabda : “Bukankah Allah telah menjadikan sesuatu untuk kalian yang kalian sedekahkan?
• Sesungguhnya setiap tasbih (Subhaanallah) adalah sedekah bagi kalian
• Setiap takbir (Allahu Akbar) adalah sedekah bagi kalian
• Setiap tahmid (Alhamdulillaah) adalah sedekah bagi kalian
• Setiap tahlil (Laa Ilaaha Illallaah) adalah sedekah bagi kalian
• Amar ma’ruf adalah sedekah
• Nahi mungkar ada sedekah
• Dan bersetubuh adalah sedekah pula.
Mereka bertanya: ’Wahai Rasullulah, apakah diantara kami menyalurkan syahwatnya (kepada Istrinya) juga mendapat pahala?’ Jawab Beliau: “ Tahukah kalian, jika dia menyalurkannya kepada yang haram (berzina), bukankah baginya ada dosa? Demikian pula jika ia menyalurkannya pada yang halal (dengan Istrinya), maka baginya adalah pahala.”
(HR: Imam Muslim_ Kitab az- Zakaat bab Bayaanu anna Ismash-Shadaqah Yaqa’u ala kulli Nau’in Minal –Ma’ruuf nomor 1006, kitab al-Masaajid wa Mawaadhi’ush-Shalaah, bab Istihbaabudz-Dzikri ba’dash-Shalaah wa Bayaanu Shifatihi nomor 595. Imam Bukhari _ Kitab Shifatush-Shalaah bab Adz-Dzikru ba’dahs-shalaah, nomor 807 dan Kitab ad-Da’awat, bab ad-Du’a ba’dash-Shalaah nomor 5970).

Dari Abu Dzar ra. bahwa Rasulullah bersabda: “ Setiap manusia diwajibkan sedekah setiap hari sejak terbitnya matahari. Para sahabat lalu bertanya: ‘ Ya Rasulullah, dari mana kami bisa bersedekah?. Rasulullah menjawab : “Pintu kebaikan begitu banyak;
• tasbih, tahmid, takbir, tahlil
• amar ma’ruf nahi mungkar
• membuang sesuatu yang membahayakan dijalan
• memahamkan orang bisu
• menuntun orang buta
• menunjukan bagi orang yang meminta petunjuk sesuai dengan kebutuhannya
• membantu orang yang dirundung duka dan meminta pertolongan dengan usahamu semaksimal mungkin,
• dan menanggung /menolong orang yang lemah dengan kekuatan kedua lenganmu
Semua itu merupakan sedekah darimu untuk dirimu sendiri (HR: Ibnu Hiban)

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كُلُّ سُلاَمَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ، كُلُّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيْهِ الشَّمْسُ تَعْدِلُ بَيْنَ اثْنَيْنِ صَدَقَةٌ، وَتُعِيْنُ الرَّجُلَ فِي دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ، وَبِكُلِّ خُطْوَةٍ تَمْشِيْهَا إِلَى الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ وَ تُمِيْطُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ صَدَقَةٌ
[رواه البخاري ومسلم]
Dari Abu Hurairah ra., ia bertutur bahwa Rasulullah bersabda: “ Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib atasnya sedekah setiap matahari terbit;
• Engkau berbuat adil kepada dua orang yang bertikai adalah sedekah
• Engkau menolong seseorang akan binatang kendaraannya dan engkau mengangkat barang-barang ke atas kendaraanya adalah sedekah
• Kata-kata yang baik adalah sedekah
• Tiap langkah yang engkau ayunkan untuk mengerjakan shalat adalah sedekah
• Dan engkau menghilangkan bahaya dari jalan adalah sedekah.
(HR: Imam Bukhari_Kitab ash-Shulhu, bab Fadhlul- Ishlaah bainan-Naas wal-Adl bainahum, Kitab al Jihaad bab Fadhlul Man Hamila Mantaa’a Shaahibihi fis Safar dan bab Man Akhadza bir-Rukaab wa Nahwihi nomor 2827. Imam Muslim_Kitab az Zakaah bab Bayaanu Ismi-Shadaqah Yaqa’u ala kulli Nau’in minal- Ma’ruuf nomor 1009.)

Dari Abul-Aswad ad Duali, dari Abu Dzar, dari Nabi saw: setiap pagi setiap persedian kalian harus diberi sedekah. Maka setiap ucapan Subhaanallah adalah sedekah, setiap ucapan Alhamdulillaah adalah sedekah setiap ucapan Laa Ilaaha Illallaah adalah sedekah, setiap ucapan Allahu Akbar adalah sedekah, setiap amar ma’ruf nahi mungkar adalah sedekah. Dan semua itu bisa dipenuhi dengan dua rakaat shalat dhuha.” ( HR : Imam Muslim)

“ Tahanlah dari berbuat kejahatan terhadap manusia, karena yang demikian itu merupakan sedekah” (HR: Bukhari- Muslim)

“Senyummu terhadap saudaramu adalah sedekah bagimu.. dan memberikan air yang ada di timbamu untuk saudaramu adalah sedekah bagimu (HR: Tirmidzi)

“Sebaik-baik sedekah adalah sedekah yang diberikan orang kaya” (HR: Bukhari)

“ Dan nafkah yang diberikan seseorang kepada ahlinya, Istrinya dan keluarganya adalah sedekah (HR: Muslim)

“ Sesungguhnya, tidaklah engkau menginfaqkan sesuatu dengan hanya mengharapkan keridhaan Allah kecuali engkau akan diberi pahala, termasuk sesuap yang engkau berikan pada mulut istrimu (Muttafaqun ‘alaih).

Benny Burhanuddin

Nasehat Dari Seorang Sahabat Rasulullah Abu Darda

Jangan engkau makan, kecuali yang baik
Jangan engkau usahakan, kecuali yang baik
Dan Jangan engkau masukkan ke rumahmu, kecuali yang baik

Tidak satu pun harta kekayaan dunia yang kamu miliki
Melainkan sudah ada orang lain memilikinya sebelum kamu
Dan akan ada terus orang lain memilikinya sesudah kamu

Sebenarnya yang kamu miliki dari dunia
Hanyalah sekedar yang kamu manfaatkan untuk dirimu
Maka utamakanlah diri itu dari orang yang untuknya kamu kumpulkan harta itu
Yaitu anak-anakmu yang bakal mewarisinya

Karena dalam mengumpul-ngumpul harta itu
Kamu akan memberikannya kepada salah satu dari dua
Adakalahnya kepada anak yang shaleh

Yang beramal dengannya guna mentaati Allah
Maka ia berbahagia atas segala penderitaanmu
Adakalahnya pula kepada anak durhaka

Yang mempergunakanya untuk maksiat
Maka engkau lebih celaka lagi dengan harta yang kamu kumpulkan itu

Maka percayakanlah nasib mereka kepada rizqi yang ada pada Allah
Dan selamatkanlah dirimu sendiri.

Kebaikan bukanlah karena banyak harta dan anak-pinakmu
Tetapi kebaikan yang sesungguhnya ialah
Bila semakin besar rasa santunmu
Semakin bertambah banyak ilmumu
Dan kamu berpacu menandingi manusia dalam mengabdi kepada Alla Ta’ala

Carilah kebaikan sepanjang hidupmu
Dan majulah mencari hembusan karunia Allah
Sebab sesungguhnya Allah mempunyai tiupan rahmat
Yang dapat mengenal siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya

Mohonlah kepada Allah agar Dia menutupi malu atau cela dan kejahatanmu
Serta menghilangkan rasa ketidak tentramanmu

Kebaikan sebesar atom (dzarrah) dari orang yang taqwa dan yakin lebih berat dan lebih bernilai daripada ibadatnya seumpama gunung orang-orang yang menipu diri sendiri

Jangan kalian bebani orang dengan yang tidak sanggup dipikulnya
Jangan kalian menghisab mereka dengan mengambil alih pekerjaan Tuhannya

Jagalah diri Kalian sendiri
Sebab siapa yang selalu menginginkan apa yang dipunyai orang lain
Niscaya akan berkepanjangan nestapanya.

Benni Burhanuddin

Alhamdulillah, Aku Masuk Neraka !

alkisah, di zaman Nabi Musa as, ada seorang rahib bertanya kepada Nabi Musa as.
“hai Musa, aku bertanya kepadamu, kira2 setelah mati nanti, di manakah tempatku? di surga atau di neraka?”
“wah, itu urusan Allah. aku tidak tau tentang itu.” jawab Nabi Musa
“sebagai nabi Allah, pastilah kamu dapat menanyakannya kepada Allah.”
“oke… aku akan meminta petunjuk kepada Allah tentang tempatmu kelak.” jawab Nabi Musa.

setelah tiga hari, Nabi Musa kembali dengan membawa jawaban untuk si rahib.
“tempatmu di surga karena ketaatanmu kepada Allah.” jawaban Nabi Musa
“o.. iya, tentu tempatku di sana. aku sudah mengiranya. thanks ya Musa.” rahib berlalu sambil tersenyum-senyum.

tidak lama kemudian, datanglah pemuda yang terkenal pemabuk, perampok, dan penjahat. hampir segala kejahatan pernah dia lakukan. si pemuda mendekati Nabi Musa dengan membawa pertanyaan yang sama dengan sang rahib. Nabi Musa juga tidak langsung menjawab, tapi menangguhkannya sampai tiga hari.

pada hari ketiga, si pemuda kembali bertanya kepada Nabi Musa tentang tempatnya kelak sesudah mati.
“tempatmu di neraka, karen kedurhakaan yang telah kamu lakukan.”
“alhamdulillah, aku masuk neraka.” jawab si pemuda yang membuat Nabi Musa heran.
“kenapa kamu bahagia dengan neraka sebagai tempat hari depanmu?” tanya Nabi Musa.
“aku bahagia, setidaknya Allah masih mnegingatku, memedulikanku, serta memberikanku tempat setelah aku mati kelak. sungguh Allah adalah Zat Yang Maha Pemurah.”

konon, kisah kedua orang tersebut terbalik di akhir ceritanya. sang rahib ditempatkan di neraka karena kesombongannya. dan si pemuda masuk surga karena keikhlasannya, juga karena si pemuda bertobat setelah pertemuannya dengan Nabi Musa.

AIR MATA RASULULLAH SAW

Suatu ketika tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. “Bolehkah saya masuk?” tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk,

“Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata
dan bertanya pada Fatimah, “Siapakah itu wahai anakku?” “Tak tahulah ayahku,orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan.Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut,” kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.

Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

“Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.

“Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu.
Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.

“Engkau tidak senang mendengar khabar ini?” Tanya Jibril lagi. “Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?” “Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. “Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.”

Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.

“Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?”
Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. “Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi. “Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. “Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.

Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. “Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku – peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.”

Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.

“Ummatii, ummatii, ummatiii?” – “Umatku, umatku, umatku”

Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli ‘ala Muhammad wabaarik wa salim ‘alaihi Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

Semoga timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencintai kita.

Karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka. Amin… tak usah gelisah apabila dibenci manusia karena masih banyak yang menyayangimu di dunia tapi gelisahlah apabila dibenci Allah karena tiada lagi yang mengasihmu diakhirat.

Previous Older Entries