Tanda-Tanda Menjelang Al-Maut

TANDA- TANDA KEMATIAN

Tanda-tanda kematian menurut ulama adalah benar dan nyata, hanya amalan dan ketakwaan kita saja yang akan dapat membedakan kepekaan kita kepada tanda-tanda ini. Rasulullah SAW diriwayatkan, masih mampu memperlihat dan menceritakan kepada keluarga dan sahabat secara langsung akan kesukaran menghadapi sakaratul maut dari awal hingga akhir hayat Baginda. Imam Ghazali rahimahullah diriwayatkan memperolehi tanda-tanda ini sehingga beliau mampu mempersiapkan dirinya untuk menghadapi sakaratulmaut secara sendirian. Beliau menyediakan dirinya dengan segala persiapan termasuk mandinya, wuduk serta kafannya, hanya ketika sampai bahagian tubuh dan kepala saja beliau telah memanggil abangnya yaitu Imam Ahmad Ibnu Hambal untuk menyambung tugas tersebut. Beliau wafat ketika Imam Ahmad bersedia untuk mengkafankan bahagian mukanya.

Adapun riwayat-riwayat ini memperlihatkan kepada kita sesungguhnya Allah SWT tidak pernah berlaku zalim kepada hambanya. Tanda-tanda yang diberikan adalah untuk menjadikan kita umat Islam supaya dapat bertobat dan selalu siap dalam perjalanan menghadap Allah SWT. Walau bagaimanapun, semua tanda-tanda ini akan berlaku kepada orang-orang Islam saja, sedangkan orang-orang kafir yaitu orang yang menyekutukan Allah, nyawa mereka ini akan dicabut tanpa peringatan sesuai dengan kekufuran mereka kepada Allah SWT.

Adapun tanda-tanda ini terdiri beberapa keadaan :

100 Hari Sebelum Hari Kematian

Ini adalah tanda pertama dari Allah SWT kepada hambanya dan hanya akan disadari oleh mereka-mereka yg dikehendakinya. Walau bagaimanapun semua orang Islam akan mendapat tanda ini, hanya apakah mereka sadar atau tidak saja. Tanda ini akan berlaku lazimnya setelah waktu Asar. Seluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai ke ujung kaki akan mengalami getaran, seakan-akan menggigil. Contohnya seperti daging sapi/kambing yang baru disembelih, dimana jika diperhatikan dengan teliti kita akan mendapati daging tersebut seakan-akan bergetar. Tanda ini rasanya nikmat, dan bagi mereka yang sadar dan berdetak di hatinya bahwa mungkin ini adalah tanda kematian maka getaran ini akan berhenti dan hilang setelah sadar akan kehadiran tanda ini. Bagi mereka yang tidak diberi kesadaran atau mereka yang hanyut dengan kenikmatan tanpa memikirkan soal kematian , tanda ini akan lenyap begitu saja tanpa ada manfaat. Bagi yang sadar dengan kehadiran tanda ini maka ini adalah peluang terbaik untuk memanfaatkan masa yang ada untuk mempersiapkan diri dengan amalan dan urusan yang akan dibawa atau ditinggalkan sesudah mati.

40 Hari Sebelum Hari Kematian

Tanda ini juga akan terjadi sesudah waktu Asar. Bagian pusat kita akan berdenyut-denyut. Pada ketika ini daun yang tertulis nama kita akan gugur dari pohon yang letaknya di atas Arash Allah swt. Maka malaikat maut akan mengambil daun tersebut dan mulai membuat persediaannya ke atas kita antaranya adalah ia akan mulai mengikuti kita sepanjang waktu. Akan terjadi malaikat maut ini akan memperlihatkan wajahnya sekilas dan jika ini terjadi, mereka yang terpilih ini akan merasakan seakan-akan bingung seketika. Adapun malaikat maut ini wujudnya cuma seorang tetapi kuasanya untuk mencabut nyawa adalah bersamaan dengan jumlah nyawa yang akan dicabutnya.

7 Hari Sebelum Hari Kematian

Adapun tanda ini akan diberikan hanya kepada mereka yang diuji dengan musibah sakit di mana orang sakit yang tidak makan secara tiba- tiba dia berselera untuk makan.

3 Hari Sebelum Hari Kematian

Pada masa ini akan terasa denyutan di bahagian tengah dahi kita yaitu diantara dahi kanan dan kiri. Jika tanda ini dapat diketahui/ dipahami maka berpuasalah kita setelah itu supaya perut kita tidak mengandungi banyak najis dan ini akan memudahkan urusan orang yang akan memandikan kita nanti. Ketika ini juga mata hitam kita tidak akan bersinar lagi dan bagi orang yang sakit hidungnya akan perlahan-lahan turun, dan ini dapat diketahui jika kita melihatnya dari bahagian sisi. Telinganya akan layu dimana bahagian ujungnya akan berangsur-angsur masuk ke dalam. Telapak kakinya yang terlunjur akan perlahan-lahan jatuh ke depan dan sukar ditegakkan.

1 Hari Sebelum Hari Kematian

Akan berlaku sesudah waktu Asar di mana kita akan merasakan satu denyutan di sebelah belakang yaitu di bahagian ubun-ubun di mana ini menandakan kita tidak akan sempat untuk menemui waktu Asar keesokan harinya.

Tanda akhir

Akan berlaku keadaan di mana kita akan merasakan satu keadaan dingin di bahagian pusat dan akan turun ke pinggang dan seterusnya akan naik ke bahagian halkum. Ketika ini hendaklah kita terus mengucap kalimah syahadah dan berdiam diri dan menantikan kedatangan malaikatmaut untuk menjemput kita kembali kepada Allah SWT yang telah menghidupkan kita dan sekarang akan mematikan pula.

Ketika Al-Maut Datang

“Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara sekejap, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, niscaya kalian akan melupakan jenazah tersebut, dan mulai menangisi diri kalian sendiri”. (Imam Ghozali mengutip atsar Al-Hasan).
Datangnya Kematian Menurut Al Qur’an :

1. Kematian bersifat memaksa dan siap menghampiri manusia walaupun kita berusaha menghindarkan resiko-resiko kematian.
Katakanlah: “Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan ALLAH (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. ALLAH Maha Mengetahui isi hati”. (QS. Ali ‘Imran [3]: 154)

2. Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung di balik benteng yang kokoh atau berlindung di balik teknologi kedokteran yang canggih serta ratusan dokter terbaik yang ada di muka bumi ini.
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan:“Ini adalah dari sisi ALLAH”, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)”. Katakanlah: “Semuanya (datang) dari sisi ALLAH”. Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun? (QS. An-Nisaa’ [4]: 78)

3. Kematian akan mengejar siapapun walaupun ia lari menghindar.
Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (ALLAH), yang mengetahui yang gai

4. Kematian datang secara tiba-tiba.
Sesungguhnya ALLAH, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya ALLAH Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Luqman [31]: 34)

5. Kematian telah ditentukan waktunya, tidak dapat ditunda atau dipercepat.
Dan ALLAH sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan ALLAH Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Munaafiquun [63]: 11)
Dahsyatnya Rasa Sakit Saat Sakaratul Maut

Sabda Rasulullah SAW :
“Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang” (HR Tirmidzi)
“Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang tersobek ?” (HR Bukhari)
Atsar (pendapat) para sahabat Rasulullah SAW.

Ka’b al-Ahbar berpendapat : “Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan kedalam perut seseorang. Lalu, seorang lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting itupun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa”.

Imam Ghozali berpendapat : “Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam jiwa dan menyebar ke seluruh anggota tubuh sehingga bagian orang yang sedang sekarat merasakan dirinya ditarik-tarik dan dicerabut dari setiap urat nadi, urat syaraf, persendian, dari setiap akar rambut dan kulit kepala hingga kaki”.

Imam Ghozali juga mengutip suatu riwayat ketika sekelompok Bani Israil yang sedang melewati sebuah pekuburan berdoa pada ALLAH SWT agar Ia menghidupkan satu mayat dari pekuburan itu sehingga mereka bisa mengetahui gambaran sakaratul maut. Dengan izin ALLAH melalui suatu cara tiba-tiba mereka dihadapkan pada seorang pria yang muncul dari salah satu kuburan.

“Wahai manusia !”, kata pria tersebut. “Apa yang kalian kehendaki dariku? Limapuluh tahun yang lalu aku mengalami kematian, namun hingga kini rasa perih bekas sakaratul maut itu belum juga hilang dariku.”

Proses sakaratul maut bisa memakan waktu yang berbeda untuk setiap orang, dan tidak dapat dihitung dalam ukuran detik seperti hitungan waktu dunia ketika kita menyaksikan detik-detik terakhir kematian seseorang. Mustafa Kemal Attaturk, bapak modernisasi (sekularisasi) Turki, yang mengganti Turki dari negara bersyariat Islam menjadi negara sekular, dikabarkan mengalami proses sakaratul maut selama 6 bulan (walau tampak dunianya hanya beberapa detik), seperti dilaporkan oleh salah satu keturunannya melalui sebuah mimpi.
Rasa sakit sakaratul maut dialami setiap manusia, dengan berbagai macam tingkat rasa sakit, ini tidak terkait dengan tingkat keimanan atau kezhaliman seseorang selama ia hidup. Sebuah riwayat bahkan mengatakan bahwa rasa sakit sakaratul maut merupakan suatu proses pengurangan kadar siksaan akhirat kita kelak.

Demikianlah rencana ALLAH. Wallahu a’lam bis shawab.

Hadits Dzikrull Maut

Warsila ibn al-Asqa’ menuturkan bahwa Nabi saw. bersabda, : “Datangilah orang-orang yang sedang dalam sakaratul maut diantara kalian; bimbinglah mereka dengan kalimat *La ilaha illa Allah*; dan gembirakanlah mereka dengan berita surga. Sesungguhnya orang yang sabar, baik laki-laki maupun perempuan, akan merasa bingung saat keadaan genting tersebut. Saat itu, setan sangat dekat dengan anak cucu Adam. Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya pencabutan nyawa oleh Malaikat maut itu leboih menyaktkan daripada tebasan pedang/ Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah nyawa seorang hamba keluar dari dunia, melainkan setiap keringat sakit. (H.R. Abu Nu’aym dalam Al-Hilyah)

Dalam Al Zuhd, Ahmad menuturkan bahwa Maymunah ibn Mahran berkata, “Selama salah seorang di antara kalian masih tetap beramal shalih, sesungguhnya hal itu akan memberikan kemudahan kepadanya ketika kematian menjemputya, atau dia akan teringat kepada amal shalih yang pernah dilakukannya. “

Menanti Panggilan-Nya

Sesaat setelah rohku berpisah dengan jasad, yaitu ketika aku mulai memasuki alam kehidupan yang baru, apakah aku dapat tersenyum menjumpai malaikat yang memberikan salam kepadaku :

1.Wahai anak Adam, engkaukah yang meninggalkan dunia atau dunia yang meninggalkanmu ?

2.Wahai anak Adam, engkaukah yang merengkuh dunia, atau dunia yang merengkuhmu ?

3.Wahai anak Adam, engkaukah yang mematikan dunia, atau dunia yang mematikanmu ?

Ketika jasadku digelekakkan menunggu untuk dimandikan, mampukah aku menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan malaikat kepadaku :

1.Wahai anak Adam, dimanakan tubuhmu yang kuat itu, mengapa kini engkau tidak berdaya ?

2.Wahai anak Adam, dimanakah lisanmu yang lantang dulu, mengapa kini engkau terdiam ?

3.Wahai anak Adam, dimanakah orang-orang yang dulu mengasihimu, mengapa kini mereka membiarkanmu tergeletak sendirian tanpa daya ?

Sewaktu mayatku dibaringkan diatas kain kafan, siap dibungkus, mampukan aku menuruti apa yang dikatakan malaikat :

1.Wahai anak Adam, bersiaplah engkau pergi jauh dari tanpa mebawa bekal!

2.Wahai anak Adam, pergilah dari rumahmu dan jangan kembali!

3.Wahai anak Adam, naikilah tandu yang tidak akan pernah engkau nikmati lagi setelah itu!

Tatkala jenazahku dipikul diatas keranda, sanggupkah aku bersikap anggun seperti seorang raja yang di tandu prajurit, ketika malaikat berseru kepadaku :

1.Wahai anak Adam, berbahagialah engkau apabila engkau termasuk orang-orang yang bertobat

2.Wahai anak Adam, berbahagialah engkau apabila selama didunia engkau selalu taat pada perintah Allah dan Rasul-Nya!

3.Wahai anak Adam, berbahagialah engkau apabila yang menjadi teman abadimu dialam kubur adalah ridho Allah, celakalah enagkau apabila teman abadimu adalah murka Allah!

Ketika aku di baringkan untuk di Sholati, akankah diriku mampu bersikap manis tatlaka malaikat berbisik ditelingaku

1.Wahai anak Adam, semua perbuatan yang telah engkau lakukan akan engkau lihat kembali

2.Wahai anak Adam, apabila selama ini engkau tenggelam dalam amal soleh, maka bergembiralah

3.Wahai anak Adam, apabila selama ini engkau tenggelam dalam kemaksiatan menuruti nafsu, maka sambutlah penderitaan akibat keenggananmu mengabdi kepada-Nya!

Sewaktu jasad ku berada ditepi kubur siap untuk diturunkan ke liang lahat, akankah lidahku kelu menjawab pertanyaan malaikat yang berbisik lirih :

1.Wahai anak Adam, kedamaian apakah yang engkau bawa untuk menempati rumah cacing ini ?

2.Wahai anak Adam, cahaya apakah yang engkau bawa untuk menempati rumah yang gelap ini ?

3.Wahai anak Adam, siapakah temanmu yang kau ajak menemanimu dalam penantian panjang ini?

Tatkala aku sudah diletakkan di liang kubur, masih mampukah aku tersenyum menjawab ucapan selamat datang yang disampaikan bumi kepadaku ::

1.Wahai anak Adam, ketika berada di punggungku engkau bergelak tawa, kini setelah berada di perutku apakah engkau akan tertawa juga ataukah engkau akan menangis menyesali diri ?

2.Wahai anak Adam, ketika berada di punggungku engkau bergembira ria, kini setelah berada di perutku apakah kegembiraan itu masuh tersisa ataukah engkau akan tenggelam dalam duka nestapa?

3.Wahai anak Adam, ketika berada di punggungku engkau bersilat lidah, masih kah kini engkau bernyanyi ataukah engkau akan diam membisu seribu bahasa bergelut dengan penyesalan ?

Setelah aku sendiri terbujur kaku dihimpit bumi tanpa daya dalam liang lahat, sementara sanak keluargaku beserta teman-teman karibku pulang kerumahnya masing-masing, akankah kecemasan menguasai diriku ketika Allah SWT berfirman : “Wahai hamba-Ku, sekarang engkau terasingkan sendirian. Mereka telah pergi meninggalkan engkau dalam kesempitan dan kegelapan. Padalah dulu engkau membangkang tidak mau taat kepada-Ku semata mata untuk kepentingan mereka. Balasan apa yang engkau peroleh dari mereka ? Masih pantaskah engkau mengharapkan surga-Ku?”

Mencari Saudara di Alam Kubur

“Ali bi Abi Tholib ra. me;ewati Sebuah Kubur”

*) Kumail ra. bercerita:

“Pada suatu hari saya berjalan-jalan bersama Sayyidina Ali ra. ke arah hutan. Dia mendekati tanah pekuburan yang terdapat di situ sambil berkata, ‘Wahai ahli kubur! Wahai kamu yang menghuni tempat yang sunyi ini! Bagaimanakah keadaan kamu di alam sana? Setahu kami segala harta peninggalanmu telah habis dibagi-bagikan; anak-anak telah menjadi yatim; dan janda-janda yang kamu tinggalkan telah menikah lagi. Sekarang ceritakanlah sedikit mengenai dirimu!’

Kemudian sambil menoleh ke arah saya , beliau berkata, ‘Wahai Kumail, seandainya mereka dapat bicara, sudah tentu mereka akan mengatakan bahwa sebaik-baik bekal adalah ‘taqwa.’

Setelah berkata demikian, beliau menangis. Katanya lagi, ‘Wahai Kumail! Kubur adalah kotak tempat menyimpan amal. Dan hal ini akan diketahui setelah kematian menjemput kita’.”

*) Diriwayatkan dalam sebuah hadits, Nabi Saw. bersabda:

“Tiga hal yang mengikuti seseorang ke kuburnya, yaitu: harta bendanya; kaum kerabatnya; dan amal perbuatannya. Harta dan kerabatnya akan kembali setelah upacara penguburan; dan yang tetap tinggal bersamanya hanyalah amal perbuatannya saja.”

*) Dalam hadits lain dikisahkan, pada suatu hari Rosulullaah Saw. bertanya kepada para sahabat, “Tahukah kamu tentang permisalan hubunganmu dengan saudaramu?”

Para sahabat pun semuanya ingin mendengarkan penjelasan beliau.

Kemudian Rosulullaah Saw. bersabda,

“Hubunganmu dengan semua seperti seorang manusia dengan tiga orang saudaranya. Apabila manusia itu hampir mendekati wafatnya, ia pun memanggil saudaranya yang pertama lalu berkata, ‘Saudaraku, engkau tahu akan keadaanku bukan? Apakah pertolongan yang dapat engkau berikan kepadaku?’ Saudaranya menjawab, ‘Aku akan merawatmu dan mengobatimu, serta melayanimu sepenuhnya. Jika engkau meninggal aku akan memandikanmu, mengafanimu serta mengusung jenazahmu ke kuburan. Setelah penguburan aku akan berdo’a kebaikan untukmu.’

Rosulullaah Saw. bersabda, ‘Saudaranya yang pertama ini adalah kaum kerabatnya.’

‘audaranya yang kedua ketika diberi pertanyaan yang sama, dia menjawab, ‘Aku akan bersama-sama denganmu selama engkau masih hidup, apabila engkau telah meninggal aku akan pergi ke tempat lain.’

Saudaranya yang ke dua ini adalah harta kekayaannya.

Ketiga pertanyaan yang sama dkemukakan kepada saudaranya yang ketiga, ia menjawab, ‘Aku akan menemanimu walau pun kamu sudah berada di alam kubur, menjadi penghibur hatimu di tempat yang penuh ketakutan. Ketika amal perbuatanmu ditimbang, aku akan duduk di timbangan amal kebaikan dan memberatkannya.’ Saudaranya yang terakhir ini adalah amal sholih yag telah dilakukannya.’

Rosulullaah Saw. bersabda, ‘Sekarang saudara yang mana yang menjadi pilihanmu?

Jawab para sahabat, ‘Ya Rosulullaah, tidak diragukan lagi saudaranya yang terakhir itulah yang menjadi harapan kami, karena saudara yang pertama dan yang kedua tidak begitu berguna’.”

walloohu a’lam

Prihastri Septianingsih
semoga berkenan dan bermanfa’at buat kita semua
(sumber: ‘Fadhilah ‘Amal, MM. Zakariyya) Al-Khandhalawi ra.)

Shalat Jenazah & Shalat Gaib

Dengan banyaknya bencana dan musibah yang merenggut nya kaum muslim berikut kami posting tatacara shalat Jenazah dan shalat Ghaib semoga bermanfaat.

Shalat jenazah tidak disertai dengan rukuk dan sujud tidak dengan adzan dan iqmat. Setelah berdiri sebagaimana mestinya, maka:

1. Niat melakukan shalat mayit dengan 4 kali takbir.

Niatnya: (untuk mayit laki-laki)

Ushallii alaa hadzal mayyiti arba’a takbiiraatin fardhal kifaayati ma’muuman lillaahi ta’alaa.

Artinya: Aku niat shalat atas mayit ini empat takbir fardhu kifayah karena Allah.

Niat (untuk mayit perempuan)

Ushallii alaa haadzihil mayyiti arba’a takbiiraatin fardhal kifaayati ma’muuman lillaahi ta’aalaa.

2. Setelah takbiratul ihram, yakni setelah mengucapkan “Allahu akbar” sambil meletakan tangan kanan di atas tangan kiri di atas perut (sidakep), kemudian membaca Al-Fatihah, setelah membaca Al-Fatihah lalu takbir “Allahu akbar”

3. Setelah takbir kedua, lalu membaca shalawat:

Allahumma shalli ‘alaa Muhammad
Artinya: “Ya Allah, berilah shalawat atas Nabi Muhammad”

Lebih sempurna lagi jika membaca shalawat sebagai berikut:

Allahumma shalli ‘alaa Muhammadin wa’alaa aali Muhammadin. Kamaa shallaita ‘alaa Ibrahim wa ‘allaa aali Ibrahim. Wa baarik ‘alaa Muhammadin wa ‘alaa aalii Muhammad. Kamaa baarakta ‘alaa Ibrahim wa ‘alaa aali Ibrahim fil-‘aalamiina innaka hamiidummajid.

Artinya: “Ya Allah, berilah shalawat atas Nabi Muhammad dan atas keluarganya, sebagaimana Tuhan pernah memberi rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan limpahkanlah berkah atas Nabi Muhammad dan para keluarganya, sebagaimana Tuhan pernah memberikan berkah kepada Nabi Ibrahim dan para keluarganya. DI seluruh ala mini Tuhanlah yang terpuji Yang Maha Mulia.”

4. Setelah takbir yang ketiga, kemudian membaca doa:

Allahummaghfir lahuu warhamhu wa’aafihii wa’fu’anhu.

Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia, berilah rahmat dab sejahtera, maafkanlah dia.”

Lebih sempurna lagi jika membaca doa:

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَآْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ
وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا آَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ اْلأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ
دَارِهِ، وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ، وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
وَعَذَابِ النَّارِ

Allahummaghfir lahu (lahaa) warhamhu (haa) wa’aafihii (haa) wa’fu ‘anhu (haa) wa akrim nuzulahu (haa) wawassa’madkhalahu (haa) waghsilhu (haa) bil-maa’I watstsalji wal-baradi wanaqqihi (haa) minal-khathaayaa kamaa yu-naqqatats-tsaubul-abyadhu minad-danasi waabdilhu (haa) daaran khairan min daarihi (haa) wa ahlan khairan min ahlihi (haa) wa zaujan khairan min zaujihi (haa) wa adkhilhul jannata wa a’iduhu min ‘adabil qabri wa ‘adabin nar
(HR. Muslim 2/663)

Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia, dan kasihanilah dia, sejahterakan ia dan ampunilah dosa dan kesalahannya, hormatilah kedatangannya, dan luaskanlah tempat tinggalnya, bersihkanlah ia dengan air, salju dan embun. Bersihkanlah ia dari segala dosa sebagaimana kain putih yang bersih dari segala kotoran, dan gantikanlah baginya rumah yang lebih baik dari rumahnya yang dahulu, dan gantikanlah baginya ahli keluarga yang lebih baik daripada ahli keluarganya yang dahulu, dan peliharalah ia dari siksa kubur dan azab api neraka.”

Keterangan:

Jika mayit perempuan kata lahu menjadi lahaa.

Jika mayit anak-anak doanya adalah:

Allahummaj’alhu faratahn li abawaihi wa salafan wa dzukhran wa’izhatan wa’tibaaran wa syafii’an wa tsaqqil bihii mawaaziinahumma wafrighish-shabra ‘alaa quluubihimmaa wa laa taftinhumaa ba’dahu wa laa tahrimna ajrahu.

Artinya: “Ya Allah, jadikanlah ia sebagai simpanan pendahuluan bagi ayah bundanya dan sebagai titipan, kebajikan yang didahulukan, dan menjadi pengajaran ibarat serta syafa’at bagi orangtuanya. Dan beratkanlah timbangan ibu-bapaknya karenanya, serta berilah kesabaran dalam hati kedua ibu bapaknya. Dan janganlah menjadikan fitnah bagi ayah bundanya sepeninggalnya, dan janganlah Tuhan menghalangi pahala kepada dua orangtuanya.”

5. Selesai takbir keempat, lalu membaca:

Allahumma laa tahrimnaa ajrahu wa laa taftinnaa ba’dahu waghfir lanaa wa lahu.
Artinya: “Ya Allah, janganlah kiranya pahalanya tidak sampai kepada kami (janganlah Engkau meluputkan kami akan pahalanya), dan janganlah Engkau member kami fitnah sepeninggalnya, dan ampunilah kami dan dia.”

6. Kemudian setelah salam membaca:

As-sallamu ‘alaikum warahmatullahi wa barakaatuh.
Artinya: “Keselamatan dan rahmat Allah semoga tetap pada kamu sekalian.”

Keutamaan dilakukannya Shalat Jenazah

Rasulullah saw. bersabda:

“Barang siapa menghadiri jenazah sampai jenazah itu disalati, maka ia mendapatkan satu qirath. Dan barang siapa menghadirinya sampai jenazah itu dikuburkan, maka ia mendapatkan dua qirath. Ada yang bertanya: Apakah dua qirath itu? Rasulullah saw. bersabda: Sama dengan dua gunung yang besar.” (HR Abu Hurairah)

Bahwa Rasulullah saw. bersabda:

“Barang siapa menyalati jenazah, maka ia mendapatkan satu qirath. Jika ia menghadiri penguburannya, maka ia mendapatkan dua qirath. Satu qirath sama dengan gunung Uhud.” (HR Tsauban)

Shalat gaib adalah shalat yang dilakukan jika ada Muslim yang meninggal, namun karena berada di tempat yang jauh kita tidak bisa melakukan shalat jenazah.

Tata cara pelaksanannya sama dengan shalat jenazah.

Niat:

Ushallii ‘alal-mayyitil-ghaa’ibiarba’a takbiiraatin fardhal-kifaayati (ma’muuman / imaaman) lillaahi ta’aalaa.

Atau dengan menyebutkan nama mayit tersebut, misalnya:

Ushalli ‘alaa mayyiti (Andra Junaedi) al-ghaa’ibi arba’a takbiiraatin fardhal-kifaayati lillaahi ta’aalaa.

Doa Sesudah Shalat Ghoib

Sesudah salam, kemudian membaca bersama-sama surat Fatihah, lalu dilanjutkan dengan imam membaca doa:

Bismillaahirahmanirrahiim

Allahumma shalli ‘alaa sayyidinaa Muhammadin wa’alaa aali sayyidinaa Muhammad. Allaahumma bi haqqil Fatihah. I’tiq riqaabanaa wa riqaaba haadzal-mayyiti (haadzihil mayyitati) minan-naar 3x. Allaahumma anzilir-rahmata walmagfirata ‘alaa haadzal-mayyiti (haadzihil-mayyitati) waj’al qabrahu (haa) raudhatan minal-jannah. Wa laa taj’alhu lahu (lahaa) hufratan minan-niiraan. Wa shallallaahu ‘alaa khairi khalqihi sayyidinaa Muhammadin wa aalihii wa shahbihii ajma’iina walhamdu lillaahi rabbil-‘aalamiin.

Artinya: “Ya Allah, curahkanlah rahmat atas jungjunan kami nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad. Ya Allah, dengan berkahnya surat Al-Fatihah, bebaskanlah dosa kami dan dosa mayit ini dari siksa api neraka. Ya Allah, curahkanlah rahmat dan berilah ampunan kepada mayit ini. Dan jadikanlah tempat kuburnya tempat nyaman dari surga dan janganlah Engkau menjadikan kuburnya itu lubang jurang neraka. Dan semoga Allah memberi rahmat kepada semulia-mulia makhluk-Nya yaitu jungjunan kami Nabi Muhammad dan keluarganya serta sahabat-sahabatnya sekalian, dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam.”